http://bioskop4d.com/

jayabet

Kamis, 05 Mei 2016

Ngentot Memek Budhe Aminah lezaatt..

Kisah ini kualami tahun 1992, saat mulai kuliah di kota Y. Aku, Hartomo, dari keluarga sederhana dan jauh tinggal di kota kecamatan sehingga mengharuskan untuk kost di kota Y. Kebetulan ada keluarga di kota namanya bude Aminah. Dengan pertimbangan biaya, akhirnya aku tinggal serumah dengan bude Aminah sekeluarga. Bude Aminah tinggal bersama suaminya pakde Toyo, mereka punya dua anak perempuan yang ikut suaminya di luar kota, sehingga bude dan pakde hanya berdua di rumahnya. 
                                                 FOTO BUDHE AMINAH
Sebagai anak muda sangat wajar jika nafsu seksku sangat besar dan menggebu – nggebu. Apalagi dengan wajah saya yang ganteng dan postur tubuh yang tinggi serta gagah. Banyak wanita yang suka denganku. Selama tinggal bersama bude itulah hampir tiap malam aku onani, mengocok batang kemaluanku yang besar dan panjang ini dengan tangan sendiri. Itu disebabkan kemontokan tubuh dan pantat bude Aminah yang membuatku selalu terangsang tiap hari. Tiap malam aku sering mendengar desah nafas dan lenguhan orang bersetubuh, yaitu antara bude dan pakde karena kamar kami yang bersebelahan.

Usia bude Aminah 45 tahun. Wajah dan tubuh bude Aminah mirip penyanyi keroncong Waljinah, montok dan bahenol. Aku sempat membayangkan betapa nikmatnya jika penisku dijepit vagina wanita bertubuh sintal dan bahenol seperti penyanyi Waljinah itu. Dagu dan tahi lalatnya itu juga sangat menggemaskan.
"Aduhh... Mmmm... Aaahh... nikmatnya mengocokkan penis di vaginanya bu Waljinah."
Bedanya, bude Aminah punya tetek yang lebih besar dan alami serta ditunjang kulit kuning cenderung sawo matang bersih. Pokoknya, bude Aminah selalu memancing nafsu birahiku.

Hari itu bude Aminah bilang kepadaku, "Tom, nanti malam ikut makan bareng bude dan pakde ya, mau to..? Kamu ndak ada acara kan…?"
"Nanti malam itu, ulang tahun perkawinan bude dan pakde," timpal budeku sambil senyum genit sekali.
“Oh, iya bude, aku ndak ke mana – mana kok…”
Siang itu bude memakai pakaian seperti biasanya. Memakai daster yang sekali buka langsung turun dan terbuka semuanya. Tali BHnya berwarna hitam tampak terlihat dipundaknya.

Akhirnya waktu yang ditunggu pun tiba. Aku sudah siap dengan pakaian rapih ingin ikut makan malam bersama bude dan pakde. Kulihat pakde dan bude sudah ada di meja makan.
"Ayoo Tom, sini, makan bareng pakde dan bude…” kata pakde Toyo
“Iyaa Tom… Bude sudah buatkan mi goreng dan ayam bacem kesukaanmu lho…” Kata bude Aminah menimpali.
“Siaaap bude… Kebetulan aku juga sudah lapar…” Kataku.
Kulihat bude Aminah memakai kaos ketat tanpa BH dan rok berenda, sehingga teteknya yang besar itu tampak terlihat dengan jelas. Apalagi bentuk puting susunya yang tampak menonjol di balik kaosnya bude. Sedangkan pakde memakai kaos singlet dan sarung. Aku duduk sambil menahan perasaan terangsang yang sangat hebat. Aku makan agak tersendat – sendat karena mataku terpecah konsentrasinya antara makan dan melirik tonjolan susu besar yang montok dan sintal milik bude Aminah. Bude hanya senyum – senyum menggodaku, sedangkan pakde sibuk melahap makanan di meja itu. Setelah kuamati, ternyata tangan kiri bude Aminah sedang mengocok batang kemaluannya pakde dari bawah meja.

Akhirnya, tak berapa lama mereka kemudian berdiri, kulihat pakde Toyo merem melek menahan rangsangan dari bude.
"Tom, aku sama pakde ke kamar dulu ya, terusin aja makannya..," kata bude Aminah sambil tangannya masih memegang tangan pakde Toyo dengan tidak sabaran. Terlihat kontolnya pakde Toyo yang menonjol di balik sarungnya. Tapi tampaknya masih besaran punyaku deh. Hehheehe.
"Mau kemana bude, kok cepet-cepet makannya..?" Sahutku berlagak bodoh.
"Ini nih, pakdemu minta sesuatu dari bude..,” kata bude Aminah.

Keduanya masuk kamar dan menutup pintu. Aku lalu makan dengan tergesa – gesa, karena terburu – buru ingin melihat adegan yang seperti di film porno dengan bintang utamanya pakde Toyo dan bude Aminah. Pintu kamar yang tanpa dikunci itu lalu kubuka sedikit perlahan – lahan. Dengan cahaya lampu yang cukup terang, aku dapat melihat pakde mulai menggarap tubuh bude yang aduhai itu. Karena posisi mereka membelakangiku, maka terlihat batang kemaluan pakde Toyo yang agak kekecilan mengocok dan menusuk – nusuk vagina bude yang merah merekah.

Untuk beberapa lama, kedua manusia setengah tua itu saling mengocok, menggenjot dan berdekapan erat menahan nikmatnya kocokan pada kemaluannya masing – masing. Baru 5 menit, pakde Toyo kelihatan sudah bergetar menahan laju sperma yang akan segera muncrat keluar. Padahal bude Aminah belum apa – apa, dan tampak kecewa karena hanya sebentar penis itu menusuk ke dalam vaginanya. Akhirnya tiba saatnya tubuh pakde Toyo mengejang hebat dan berteriak-teriak.
"Ahh.. oohh.. enakk sekali.. Sayangku.., ougghh.., aahh.. heemm..!" desah pakde Toyo.
"Croot.., creet.. creet.. seerr..!" sperma pakde Toyo keluar membanjiri rongga vagina bude Aminah yang merekah itu. Vagina yang penuh kenikmatan itu menjadi basah oleh cairan sperma pakde Toyo yang cukup banyak. Pakde Toyo langsung pergi ke kamar mandi. Setelah itu menyiapkan pakaian yang akan dibawanya.

Aku beranjak pergi ke kamar sambil menahan tegangnya penis di balik celanaku ini yang semakin sesak saja. Dari kejauhan terdengar pembicaraan antara pakde Toyo dengan bude Aminah, seperti akan pamitan mau pergi ke luar kota. Pakde Toyo adalah seorang konsultan, kadang – kadang harus berhari – hari tinggal di luar kota karena tuntutan pekerjaan.
"Wah, malam ini pakde mau pergi ke luar kota, jadi aku bisa mengocok bude nih..," gumamku dalam hati.
15 menit berlalu…
"Tom, pakde pergi dulu ya, jaga rumah baik – baik selama pakde pergi..!" teriak pakde Toyo dari balik pintu kamarku.
"Iya pakde, jangan khawatir..!" sahutku cepat.

Setelah 30 menit pakde pergi…
"Tom.., Tom.., Sini sayang..!" teriak bude Aminah dari kamarnya.
"Cepat Tom..!" rengek bude Aminah.
Lalu dengan tergesa – gesa aku berlari menuju ke arah kamar budenya.

Setelah membuka pintu, aku segera masuk ke dalam kamarnya. Aku melihat bude Aminah keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk putih. Tampak terlihat tubuhnya yang bahenol dan sintal montok itu dibalik handuk putihnya. Teteknya yang besar tampak mencuat ingin keluar dari handuknya. Sedangkan pahanya yang montok itu sangat indah dengan warna kulit yang putih bersih.
“Ada apa bude memanggil Tomo…”
“Tutup dulu dong Tom pintunya…”
“Eh… Iii… Iiyaa bude…”
Kemudian Tomo menutup pintu kamarnya bude.
“Ada apa bude…?”
“Tadi kamu ngintip bude sama pakde begituan ya…?”
“Eenngg…”
“Sudah, ngaku aja, gak apa – apa kok… Bude gak marah…”
“Iiyaa bude…”
“Yaa sudah… Sekarang sebagai hukumannya kamu harus menggantikan tugas pakde tadi… Kamu mau kan…?”
“Tapiii bude (aku pura – pura bingung)…”
“Sudaaaah… Tidak ada tapi – tapian… Tenang aja… Semua akan aman terkendali kok… Hehheehe”
“Okelah kalau begitu… Aku ke kamar mandi dulu ya bude…”
“Yaaa sudah sanaaa… Mandi yang bersih ya sayaangg…”
“Beres budeee…”
Aku menuju ke kamar mandi. Setelah mandi, aku keluar memakai handuk yang menutup kontolku yang sudah tegak berdiri. Sangat jelas terlihat handukku menonjol. Bude Aminah melihat ke arahku…
“Tuuhh… Tititmu sudah ngaceng… Sini buruan…!”
Tanpa basa – basi, aku langsung menghampiri bude Aminah. Dalam keadaan masih berdiri aku memeluk tubuh montoknya itu. Kami pun berciuman. Ku cium pipi, bibir, dan lehernya. Bude Aminah menuju tempat tidur, membuka handuknya dan tiduran terlentang dengan gerakkan yang eksotis. Aku segera membuka handukku dan menunjukkan penisku yang sudah ngaceng tegak kepada bude Aminah.
“Woowww, besar sekali tititmu Tom… Ndak ada apa - apanya punya pakdemu dibandingakn dengan punyamu…”
“Aahhh... Biasa aja kok bude…”
“Ayooo siniii... Siniii... Buruan kenyot tetek budemu ini…”
“Siaaap…”

Tanpa aba – aba, aku langsung remas – remas tetek bude Aminah. Kulihat lingkaran puting susunya yang besar sesuai dengan teteknya. Puting susunya mulai mengeras. Lalu kuhisap puting susunya, bagaikan anak bayi yang menyusui ibunya. Tapi ternyata hisapanku lebih keras sehingga membuat tubuh bude bergerak tak karuan. Bude Aminah menyuruhku segera memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Kudorong penisku dengan kuatnya dan… Blessssss… Akhirnya masuk juga… Tapi tak berapa lama air maniku segera keluar di dalam vagina bude Aminah.
“Yaahhh… Budeee… Aku selesai duluan…”
“Gak apa – apa Tomo sayang… Namanya juga baru pertama kali…”
Tanpa arahan dari bude. Aku segera mengelus dan menggosok itilnya bude Aminah. Sambil dua jari tanganku masuk ke dalam vaginanya. Tubuh bude Aminah bergerak ke sana ke mari dengan desahan yang bikin penisku ngaceng lagi. Tak berapa lama, bude pun orgasme dan cairan orgasmenya keluar dari vaginanya. Bude Aminah tampak lemas tapi tampak seperti belum puas.
Aku berbaring di sampingnya bude. Bude pun bangun dan mengulum serta menjilati penisku yang sudah ngaceng berat. Terlihat dengan jelas penisku sudah basah oleh air liurnya bude. Kemudian bude Aminah bangkit dan duduk di atas kemaluanku. Tangannya sibuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Bleessssss. Penisku masuk diikuti gerakan bude yang naik turun penuh semangat. Sedangkan teteknya bude yang besar tampak bergerak naik turun. Setelah itu bude Aminah tidur dengan posisi tengkurap dan menunggingkan pantatnya. Tanpa di suruh aku segera bangun dan mendorong penisku untuk masuk lagi ke dalam vaginanya. Blessss. Gerakan maju mundur kulakukan. Desahan bude Aminah pun membuat suasana semakin hot saja.
“Ayooo Tomo sayang… Arrghhhhh…. Uuuhhhhh… Awwww…”
“Iiyaaa bude… Aarrghhhh… Arrghhhhhh…”
“Keluarin air maninya di dalam aja ya Tomo sayaaang… Soalnyaaa... Bude sudah pakai alat kontrasepsi…”
“Beresssss budeee… Uuhhhhh…. Aarrghhh…”
Terasa hangat di liang vagina bude Aminah. Itu pertanda bude mencapai puncak orgasme. Begitupula dengan penisku yang ingin memuntahkan isinya. Tak berapa lama kemudian. Crooottt… Croootttt… Crooootttt…

Malam itu, aku memuaskan bude Aminah sampai 5 ronde. Tampak rona bahagia terpancar di wajah bude Aminah. Keesokan harinya, aku bangun kesiangan dan terlambat ke kampus. Setelah pulang dari kampus, aku langsung menghampiri bude yang sedang menata makanan di meja makan. Kupeluk tubuhnya dari belakang….
“Hai bude…”
“Ehhh Tomo sayang… Kamu sudah pulang nak…”
“Iya bude… Gara – gara semalam keenakan, aku jadi terlambat sampai ke kampus…”
“Tadi mau bude bangunin pagi – pagi, tapi kamu keliatan kecapekan… Yaaa gak jadi bude bangunin deh…”
“Iya budee… Capek tapi pengen lagi… Gimana dong bude…”
“Ya sudah… Abis ini kita mandi bareng laluuu kita begituan kayak semalem…”
“Okeee… Siiaappp bude…”
“Oh iyaaa… Besok pakde kamu sudah pulang dari tugasnya… Yang sabar ya Tomo Sayaaanggg…”
“Iyaaaa bude sayang…”
Kejadian ini bertahan sampai saat ini ketika aku sudah punya istri dan punya anak. Di setiap ada kesempatan kita pasti akan melakukannya.


Tamat
Baca selengkapnya »

0 komentar:

Posting Komentar

CERITA TERPANAS

Copyright © Kumpulan Cerita Ngentot Terpanas 2010

Template By Nano Yulianto